!-- Meta Pixel Code -->
hero

Bangun Ketahanan Pangan, Hindari Krisis Pangan

1 October 2022 |Artikel

Dunia Mulai Alami Krisis Pangan

Saatnya Peduli Ketahanan Pangan!

 

Ketahanan pangan adalah hal yang sangat penting. Harga bahan pokok naik dan barang yang langka, merupakan sebagian dari tanda krisis pangan. Namun masyarakat pada umumnya tampak belum begitu peduli dengan masalah krisis pangan, karena merasa kebutuhan makan setiap hari masih bisa terpenuhi. Padahal bahaya krisis pangan sudah ada di depan mata, jika dihiraukan maka hal ini akan menyebabkan kerawanan pangan.

Krisis pangan adalah suatu kondisi di mana terjadi kerawanan pangan yang parah dan meningkatnya malnutrisi, di tingkat lokal sampai nasional. Sedangkan kerawanan pangan sendiri memiliki arti kurangnya akses reguler pada makanan yang aman dan bergizi.  

Pengertian tentang krisis pangan tercantum juga dalam UU nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, yang menyebutkan bahwa krisis pangan adalah suatu kondisi kelangkaan pangan yang dialami sebagian besar masyarakat di suatu wilayah. Ini disebabkan oleh kesulitan distribusi pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, konflik sosial, termasuk akibat perang.

Mengapa Kita Harus Peduli dengan Ketahanan Pangan?  

Sebab pangan adalah kebutuhan dasar yang sudah menjadi hak semua orang. Satu dari tiga kebutuhan primer masyarakat (sandang, pangan, papan). Jika kebutuhan dasar ini terganggu, orang akan mengalami kelaparan, gizi buruk, dan rentan terhadap penyakit, yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas hidup seseorang.  

Bagaimana kita bisa menyiapkan generasi penerus yang cerdasmandiri, dan siap bersaing secara global, jika kebutuhan dasarnya belum terpenuhi? Berdasarkan laporan pencapaian SDG Indonesia untuk tujuan mengakhiri kelaparan, permasalahan stunting  masih jadi tugas besar bangsa Indonesia. Masih tingginya angka stunting  pada anak di bawah usia 5 tahun menunjukkan belum meratanya akses masyarakat terhadap makanan berkualitas dan bergizi. 

Tingkat kelaparan di Indonesia bahkan berada pada urutan ketiga tertinggi di Asia Tenggara menurut Global Hunger Index (GHI). Hasil laporan ini menggambarkan bagaimana situasi kelaparan dari satu negara, dilihat dari empat komponen, yaitu kondisi kurang gizi, stunting, anak yang kurus, dan kematian anak. 

Selain itu jumlah penduduk dunia yang terus bertambah akan menimbulkan kebutuhan pangan yang lebih banyak. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), populasi dunia akan tumbuh melewati 9 miliar orang di tahun 2050. Maka tidak menutup kemungkinan kelaparan bisa terus meningkat, jika warga dunia tidak mulai peduli akan pentingnya menjaga ketahanan pangan.

Faktor Penyebab Krisis Pangan

Dilansir dari plan international, sebenarnya faktor penyebab krisis pangan cukup banyak dan berbeda-beda di setiap negara. Namun secara umum krisis pangan bisa terjadi akibat dari konflik, kemiskinan, situasi ekonomi yang tidak stabil seperti inflasi yang tinggi dan naiknya harga komoditas. Tidak lupa faktor bencana alam seperti banjir dan kekeringan. 

  • Konflik 

Konflik merupakan penyebab terbesar munculnya kelaparan secara global. Konflik bertanggung jawab atas 65% orang yang menghadapi kerawanan pangan akut. Situasi krisis pangan bisa terlihat jelas di tempat-tempat yang telah mengalami konflik dan perang berkepanjangan, seperti Suriah dan Palestina.

Selain itu, peperangan antara Ukraina dan Rusia menyebabkan harga pangan global naik drastis. Sepertiga kebutuhan gandum dunia datang dari Ukraina atau Rusia. Ukraina juga menyuplai kebutuhan global lain seperti minyak bunga matahari, maizena, dan pupuk. Konflik antara dua negara tersebut mengakibatkan pasokan bahan baku untuk produksi makanan di berbagai negara jadi terganggu. 

  • Perubahan Iklim

Perubahan iklim yang ekstrem ikut mempengaruhi kerawanan pangan. Perubahan cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir dan kekeringan, tentu mempengaruhi hasil panen. Bahkan bisa mengakibatkan petani mengalami gagal panen. Akhirnya harga hasil pertanian naik  karena kebutuhan banyak tetapi ketersedian kurang, akibat gagal panen. 

Perubahan iklim juga membuat tingginya jumlah hama tanaman salah satunya belalang, yang bisa merusak lahan pertanian, sampai merusak kualitas tanaman. Jika masalah perubahan iklim tidak diatasi, komoditas pertanian akan silih berganti mengalami kenaikan harga dan kelangkaan.

  • Ketidakstabilan Ekonomi

Situasi ekonomi yang sulit seperti inflasi dan guncangan ekonomi memberikan dampak besar pada masyarakat untuk mengakses bahan pangan. Bahkan walaupun bahan pokok makanan tersedia di pasaran, harga yang terlalu tinggi tetap menyulitkan masyarakat untuk mendapat bahan makanan yang cukup. 

Mungkin ada yang masih teringat beberapa tahun terakhir ini masyarakat Indonesia sulit untuk mendapatkan minyak goreng. Barang yang tersedia terbatas dan harganya melambung sampai dua kali lipat. Begitu juga dengan komoditas cabai merah, bawang, telur, dan daging ayam, yang sering mengalami kenaikan harga. 

3 Pilar Ketahanan Pangan

Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, dilansir dari tirto.id, ada 3 pilar untuk mencapai ketahanan pangan, yang jika salah satu pilar terganggu bisa menyebabkan krisis pangan. 

  • Pilar Ketersediaan 

Yaitu tersedianya pangan di semua wilayah Indonesia yang diperoleh dari berbagai cara. Ada yang merupakan hasil produksi domestik, perdagangan, impor, maupun bantuan negara. 

  • Pilar Aksesibilitas

Di mana setiap keluarga mampu memperoleh kebutuhan pangan baik itu hasil produksi sendiri, membeli, hadiah, barter, pinjaman, ataupun berasal dari bantuan. Karena terkadang sudah tersedianya bahan makanan di suatu wilayah tidak menjamin setiap individu dapat mengakses bahan makanan dengan harga yang terjangkau.

  • Pilar Konsumsi (Pemanfaatan Pangan)

Pada pilar konsumsi yang dilihat adalah penggunaan bahan pangan untuk konsumsi dan bagaimana masyarakat bisa mendapatkan makanan berkualitas dan bergizi. Sedangkan pemanfaatan pangan dilihat dari cara pengolahan, penyimpanan, dan distribusi makanan dalam rumah sesuai kebutuhan setiap individu.

7 Cara Meningkatkan Ketahanan Pangan

Berdasarkan UU No 18 Tahun 2012 tentang pangan yang menjelaskan bahwa ketahanan pangan merupakan keadaan masyarakat yang dapat terpenuhi segala kebutuhan pangannya. Untuk mewujudkan ketahanan pangan, FAO memberikan 7 cara meningkatkan ketahanan pangan, yaitu dengan cara:

  1. Membuat aturan harga pada komoditas pangan. Untuk mengurangi lonjakan harga yang tinggi pada bahan makanan, perlu dibuatkan aturan terkait  harga dan penyimpanan stok produk pangan untuk menyokong  pasar ketika harga mulai kembali tinggi
  2. Mendorong penghapusan subsidi dan rasio pencampuran bahan bakar nabati generasi pertama
  3. Mengurangi penggunaan tanaman serealia dan makanan ikan dalam pakan ternak. Serta kembangkan alternatif lain untuk pakan ternak dan ikan
  4. Mendukung petani dalam mengembangkan sistem eco farming yang beragam
  5. Memperbaiki infrastruktur dan mengurangi hambatan perdagangan
  6. Mengatasi pemanasan global, termasuk menggunakan sistem produksi pertanian yang ramah lingkungan. Serta perlu adanya kebijakan penggunaan lahan dengan fokus untuk membantu mengurangi perubahan iklim
  7. Meningkatkan kesadaran akan tekanan peningkatan pertumbuhan penduduk dan pola konsumsi terhadap fungsi ekosistem yang berkelanjutan

Peduli Ketahanan Pangan dengan Menjadi Petani Milenial

Selain itu solusi untuk mencegah kerawanan pangan ialah dengan regenerasi petani. Jumlah generasi muda yang berminat menjadi petani berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) cukup rendah, yaitu hanya 21%. 

Sedangkan kebutuhan pangan akan terus ada di masa depan. Seharusnya sektor pertanian menjadi peluang bisnis besar yang dilirik anak muda. Namun tidak banyak anak muda Indonesia yang peduli maupun tertarik dengan dunia pertanian.

Penyebab anak muda Indonesia tidak berminat menjadi petani karena:

  • Minimnya lahan

Masih banyak yang berpikir bahwa lahan pertanian hanya ada di pulau Jawa. Padahal tanah di pulau Indonesia lainnya juga bisa dikelola menjadi lahan pertanian yang subur.

  • Prestise sosial

Profesi petani tidak banyak dilirik karena rendahnya prestise sosial bagi anak muda. Sehingga anak muda lebih tertarik dengan bidang dan industri yang lain.

  • Sektor pertanian dinilai berisiko

Tantangan yang harus dialami petani adalah kondisi alam yang bisa tidak menentu sehingga mempengaruhi hasil panen. Juga risiko tinggi pada harga tidak stabil. Kondisi yang mudah berubah-ubah ini membuat anak muda ragu untuk memulai usaha di sektor pertanian

  • Pendapatan petani yang rendah 

Sudah bukan rahasia lagi jika pendapatan petani sebagai produsen pangan masih di bawah standar kesejahteraan. Risiko gagal panen juga membuat petani bisa merugi dan tidak mendapatkan penghasilan sama sekali.

Bagaimana agar pemuda mulai peduli pada sektor pertanian? Cara menumbuhkan rasa peduli dan ketertarikan pemuda pada sektor pertanian sehingga tergerak menjadi petani adalah dengan membuat program, penyuluhan, atau bahan pendidikan vokasi bagi anak muda untuk dapat menjadi petani milenial. Haarapannya, dapat lahir petani-petani muda yang tangguh dan inovatif.

Petani muda yang mengenyam pendidikan tinggi diyakini bisa membawa perubahan pada sektor pertanian Indonesia. Sebab karakter anak muda yang kreatif ditambah penguasaannya akan teknologi diharapkan bisa membangun pertanian modern yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Harapan dalam SDGs Untuk Memberantas Krisis Pangan dan Kelaparan 

Pangan juga menjadi perhatian semua warga dunia. Bentuk keseriusan masyarakat global terlihat dengan menjadikan isu krisis pangan satu dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Di mana warga global sepakat untuk menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta meningkatkan pertanian berkelanjutan.

Data terakhir dari Sustainable Development Report (SDG Index) Indonesia berada di peringkat 82 dari 163 negara, dengan skor 69,2. Untuk masalah kelaparan dan ketahanan pangan Indonesia tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah satunya karena masih tingginya angka stunting pada anak di Indonesia. 

Stunting adalah kondisi kurang gizi kronis pada anak yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Anak dengan stunting memiliki tinggi yang lebih rendah dari tinggi standar usianya. Stunting juga berpengaruh pada pencapaian pendidikan anak sebab mempengaruhi tingkat kognisi dan pembentukan kecerdasan anak.

Adapun indikator pencapaian untuk SDGs no 2 (mengakhiri kelaparan) di antaranya adalah:

  • Prevalensi kurang gizi
  • Prevalensi stunting pada anak di bawah usia 5 tahun
  • Prevalensi wasting pada anak di bawah usia 5 tahun
  • Prevalensi obesitas
  • Tingkat trofi
  • Hasil pertanian
  • Indeks pengelolaan nitrogen berkelanjutan
  • Tingkat ekspor pestisida berbahaya

Cara yang Bisa Kita Lakukan untuk Peduli dengan Ketahanan Pangan

Krisis pangan terlihat sebagai masalah besar yang penyelesaiannya harus melibatkan lembaga berskala besar. Seperti pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan badan-badan non pemerintahan lainnya. Namun, kita sebagai masyarakat juga bisa ikut serta mengatasi masalah krisis pangan, di antaranya dengan cara:

  1. Membeli bahan baku makanan yaitu sayur dan buah-buahan dari petani lokal. Cara ini membantu menyerap hasil pertanian lokal dan bisa meningkatkan taraf hidup petani.
  2. Tidak bergantung pada satu jenis bahan baku makanan untuk konsumsi sehari-hari. Misalnya mengganti konsumsi nasi dengan umbi-umbian.
  3. Menciptakan teknologi untuk sektor pertanian yang bisa membantu mempermudah kerja petani, meningkatkan efektifitas produksi, namun tetap ramah lingkungan.
  4. Menjadi petani muda yang inovatif dan berwawasan global.

Nah, setelah kita memahami bagaimana meningkatkan ketahanan pangan, yang tentunya dimulai dari diri sendiri, mari kita berupaya agar Indonesia memiliki ketahanan pangan yang tinggi. Bangsa ini butuh kamu untuk mencegah terjadinya krisis pangan di Indonesia. Yuk, mulai bergerak bersama-sama!

Baca Juga Artikel Lainnya