7 Bahaya Stunting dan Cara Pencegahannya Sedini Mungkin

31 Juli 2023|Artikel|Bagikan :

7 Bahaya Stunting

dan Cara Pencegahannya

Sedini Mungkin

 

Pada Rapat Kerja Nasional BKKBN (25/1), Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) bahwa prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,1% pada tahun 2021 menjadi 21,6% di tahun 2022.

Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting tahun 2024 sebesar 14%. Hal ini didasari oleh ketetapan World Health Organization (WHO), bahwa suatu negara dikatakan memiliki masalah stunting yang serius jika kasusnya berada di atas 20% pada skala nasional.  

Lantas apa itu stunting? Stunting adalah gangguan pertumbuhan terutama pada tinggi badan anak yang berada di bawah standar, akibat kurangnya asupan gizi serta infeksi berulang dalam jangka waktu yang lama.

Sebagian besar orang tua berpikir bahwa tubuh pendek sering diartikan sebagai faktor genetik. Menurut mereka itu adalah hal yang lumrah. Walaupun faktor genetik cukup mempengaruhi, namun ada faktor lain yang mempengaruhi tinggi badan anak, seperti faktor hormonal, asupan gizi, dan lingkungan.

Stunting memang indentik dengan tinggi badan yang rendah, namun tidak semua anak berperawakan pendek itu stunting. Menurut Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.Og (K), ada 3 indikator dari stunting, yakni : 

  • Anak berperawakan pendek
  • Kecerdasan serta kemampuan berpikirnya cenderung rendah
  • Sistem kekebalan tubuh rendah

Dampak Stunting

Dampak dari stunting mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan berimbas pula pada pertumbuhan ekonomi negara. Berikut dampak dari stunting:  

1. Bertubuh Pendek
Fakta ini terjadi karena malnutrisi kronis yang terjadi saat bayi berada dalam kandungan ataupun setelah bayi tersebut lahir. Tinggi anak stunting biasanya lebih rendah dari rata-rata tinggi anak pada umumnya.

2. Peforma Belajar Rendah
Kekurangan gizi kronis dapat menghambat perkembangan otak dan neurobiologis yang berdampak pada penurunan nilai kognitif pada anak. Kognitif adalah aktivitas mental seseorang dalam menerima informasi, berpikir, pemecahan masalah, serta daya ingat. Sehingga anak menjadi sulit dalam konsentrasi dan menerima pelajaran.

3. Masalah Perilaku
Keterlambatan dalam belajar membuat mereka kehilangan motivasi. Pertumbuhan fisik yang lambat turut membuat mereka merasa minder dan sulit beradaptasi dengan lingkungannya. Semua hal tersebut memicu pada menurunnya performa pendidikan, sosial, serta perkembangan emosional anak.

4. Imunitas Lebih Rendah
Asupan gizi yang kurang menyebabkan pertahanan tubuh menjadi rendah. Sehingga penderita stunting mudah terserang infeksi karena bakteri ataupun virus. Anak juga rentan mengidap penyakit yang sama secara berulang. Proses penyembuhannya pun akan lebih lama daripada anak normal lainnya.

5. Rentan Terkena Tuberkolosis
Bersumber dari cegahstunting.com, balita stunting berisiko terkena tuberkolosis hampir 3 kali lipat. Dan 8 kali lipat untuk stunting kronis. Hal ini karena malnutrisi menyebabkan pertahanan tubuh melemah. Kondisi ini membuat anak mudah terpapar bakteri maupun virus.

dampak stunting bisa menyebabkan rentan terkena tbc, inilah bahaya stunting

Begitu pula sebaliknya, tuberkolosis juga dapat menyebabkan anak menjadi kekurangan gizi. TB merupakan salah satu infeksi kronis, yang bila tidak ditangani dengan segera dapat membuat anak menjadi stunting. Hal ini dikarenakan nafsu makan anak yang terkena TB akan menurun. Gizi yang masuk menjadi amat sangat minim.

6. Produktivitas Rendah
Performa belajar yang rendah, memiliki masalah perilaku, serta imunitas yang lemah membuat penderita stunting menjadi kurang produktif. Sehingga saat dewasa, produktivitas mereka dalam bekerja menjadi lebih rendah. Hal ini menjadi penyebab penghasilan mereka pun minim. Dan ini akan berimbas pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kemiskinan pada skala nasional.

7. Rentan Mengalami Penyakit Tidak Menular
Hasil riset Pediatrics and International Child Health menyatakan, stunting meningkatkan risiko diabetes saat dewasa. Kurangnya gizi pada masa pertumbuhan dapat mengganggu sistem insulin serta glukosa pada pankreas, yang mengatur keseimbangan dan metabolisme glukosa.

Akibatnya keseimbangan gula darah terganggu dan tubuh mudah membentuk jaringan lemak saat anak mencapai usia dewasa.
Selain diabetes, orang dengan riwayat stunting juga memiliki risiko tinggi mengidap penyakit jantung dan hipertensi. Namun, hal ini masih dalam penelitian para ahli.

Faktor Penyebab Stunting Serta Pencegahannya

1. Rendahnya Asupan Gizi

Masa kritis asupan gizi yang berpengaruh pada stunting ialah pada saat:

a. Pra Nikah

Pencegahan stunting paling baik pada masa ini adalah dengan mengukur status gizi pada calon pengantin wanita 3 bulan sebelum menikah. Apabila hasilnya kekurangan gizi, maka disarankan untuk menunda kehamilan serta melakukan perbaikan gizi terlebih dahulu. 

Pasalnya wanita yang kekurangan gizi saat pembuahan kemungkinan besar akan gagal memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan. Sehingga akan melahirkan anak yang juga kekurangan gizi. Hal ini bisa dicegah dengan memperbaiki asupan gizi, mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), serta olahraga secara teratur.

b. Masa Kehamilan
Selama masa kehamilan diperlukan gizi yang lebih tinggi dari biasanya guna mencukupi asupan gizi sang ibu serta pertumbuhan dan perkembangan janin. Jika tidak terpenuhi dengan baik, ibu akan berisiko mengalami keguguran, pendarahan, bahkan stunting pada bayi. 
Cara mencegah stunting pada masa ini bisa dilakukan dengan konsumsi makanan sehat bergizi seimbang, vitamin prenatal, asam folat, serta protein yang cukup. Tidak lupa diimbangi dengan olahraga rutin, tidak mengkonsumsi minuman beralkokol, tidak merokok, mengelola berat badan selama kehamilan dengan baik, perbanyak minum air putih, dan istirahat yang cukup.

c. Pasca Melahirkan, 1000 Hari Pertama Kehidupan dan Balita
Untuk melakukan pencegahan stunting selama pasca melahirkan yaitu dengan memberikan ASI eksklusif (6 bulan) dan lanjutan (sampai 2 tahun), memberikan MPASI sehat bergizi, memantau pertumbahan dari mulai bayi lahir yang dapat dilakukan setiap bulan di posyandu ataupun fasilitas kesehatan serta pemberian imunisasi lengkap

Stunting dapat dicegah melalui pemberian MPASI bergizi dan berkualitas tinggi, bukan makanan olahan atau pabrik

2. Kurangnya Literasi

Kurangnya literasi dapat menyebabkan terjadinya keliru pemahaman bahkan misinformasi. Hal ini ternyata dapat menyebabkan stunting tidak hanya terjadi pada masyarakat menengah ke bawah, ada juga kasus stunting pada keluarga yang termasuk dalam kategori sosial ekonomi menengah ke atas. Hal ini dikarenakan minimnya pemahaman yang diketahui orang tua perihal :

  • Asupan gizi, pentingnya mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.
  • Memahami pentingnya pemeriksaan rutin bagi ibu hamil, bayi dan balita.
  • Praktik pemberian makanan kepada anak, seperti mengatasi permasalahan anak yang susah makan, variasi menu makanan sehat untuk anak, serta apa saja makanan dan minuman yang baik ataupun yang dihindari untuk tumbuh kembang anak.

3. Pola Hidup Bersih

Berkesadaran dalam menjaga lingkungan seperti kondisi air serta sanitasi sangatlah penting dalam pencegahan terjadinya stunting. Beberapa hal yang dapat menyebabkan stunting terkait pola hidup bersih adalah:

a. Kondisi air yang buruk

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam memenuhi standar kehidupan yang sehat. Masyarakat dengan akses sumber air bersih akan terhindar dari penyakit yang menyebar lewat air.

b. Kondisi sanitasi yang buruk 

Sanitasi buruk akan menimbulkan infeksi serta diare pada bayi maupun balita. Ini akan mengganggu proses pencernaan serta penyerapan nutrisi. Jika hal ini terjadi dalam kurun waktu yang lama maka dapat berdampak terjadinya stunting.

Air bersih dan sanitasi dapat membantu mencegah terjadinya stunting pada anak

Adapun yang dapat dilakukan yaitu dengan :
– Tidak BAB sembarangan, terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan. Karena aktivitas tersebut dapat menyebabkan munculnya penyakit yang ditularkan melalui air yang tercemar melalui tinja, seperti diare, hepatitis A, tifoid, dan beberapa penyakit lainnya.

– Menanamkan kebiasan mencuci tangan sedari kecil. Hal ini akan berdampak pada menurunnya kasus diare dan kasus infeksi pada anak.

Mengingat begitu besar dampak stunting bagi penderita dan juga negara, tidak heran pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting mencapai 14% pada 2024 nanti. Stunting juga turut berperan pada kematian anak sebesar 15-17% sehingga merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan bangsa.

Pencegahan stunting pun tidak dapat dilakukan hanya dari pihak pemerintah saja. Butuh adanya kolaborasi antar pihak, masyarakat, dan orang tua pun berperan sangat besar dalam pencegahan stunting ini.

Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kepada para remaja wanita maupun orang tua dalam mencegah stunting, sehingga kualitas perkembangan anak dapat dicapai dengan maksimal dan tidak kalah saing dengan anak-anak dari negara lain. Kemudian terciptalah generasi muda, cerdas dan unggul yang dapat memajukan bangsa serta negara ini.