Sejarah AI dan Perkembangannya dari Masa ke Masa

8 Oktober 2024|Artikel|Bagikan :

Apa itu AI? Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah teknologi yang dirancang untuk meniru kemampuan berpikir manusia dalam memproses data dan mengambil keputusan. Sejak awal perkembangannya, AI telah mengalami kemajuan pesat dan semakin mendominasi berbagai aspek kehidupan kita. 

Laporan Writer Buddy mencatat lebih dari 24 miliar kunjungan ke 50 alat AI terpopuler dalam kurun September 2022 hingga Agustus 2023. Ini menunjukkan meningkatnya minat global terhadap AI. Amerika Serikat memimpin dengan lebih dari 5,5 miliar kunjungan. Sementara Indonesia sendiri berada di peringkat ketiga dengan 1,4 juta kunjungan. 

Selain pertumbuhan pengguna, fungsi AI pun semakin luas dengan mencakup berbagai bidang, dari analisis data bisnis hingga pengembangan robot otonom. AI digunakan untuk memproses informasi secara cepat dan akurat untuk membantu perusahaan serta perorangan meningkatkan efisiensi. 

Banyak contoh penggunaan AI yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya asisten virtual, aplikasi prediksi cuaca, deteksi wajah, hingga sistem rekomendasi di platform streaming

Tentu tidak diragukan lagi banyaknya fungsi AI yang dapat membantu meningkatkan efisiensi. Namun, penasaran sebenarnya siapa pencipta AI? Pengembangan AI adalah hasil kolaborasi dari berbagai pihak sejak awal abad ke-20. Berikut sejarah AI dari latar belakang ide awalnya sampai kecanggihannya saat ini.

Awal Mula Konsep AI (1950)

Sejarah AI dimulai pada tahun 1950 dengan diterbitkannya makalah “Computing Machinery and Intelligence” oleh Alan Turing. Konsep ini menjadi dasar untuk memahami apa itu AI dan membuka jalan bagi penelitian di masa depan.

sejarah AI dan penggunaannya di masyarakat umum saat ini sangatlah panjang

Selain itu, Turing juga memperkenalkan konsep Mesin Turing universal, sebuah mesin teoritis yang bisa menjalankan program yang disimpan dalam memorinya. Ide ini sangat revolusioner pada zamannya karena memunculkan gagasan bahwa mesin dapat memperbaiki program dan belajar dari pengalamannya sendiri. 

Perkembangan Jaringan Saraf Tiruan (1951-1958)

Kemajuan awal dalam jaringan saraf tiruan dimulai pada tahun 1951 ketika Marvin Minsky dan Dean Edmonds menciptakan jaringan saraf tiruan pertama bernama SNARC. SNARC menggunakan jaringan elektronik untuk meniru perilaku neuron di otak manusia. 

Pada tahun 1958, Frank Rosenblatt memperkenalkan perceptron yang merupakan jaringan saraf tiruan sederhana yang mampu mempelajari pola dari data yang diberikan. Perceptron menjadi fondasi bagi pengembangan deep learning yang saat ini digunakan dalam berbagai aplikasi AI modern. Penemuan perceptron ini membuktikan bahwa mesin tidak hanya dapat diberi instruksi, tetapi juga dapat belajar dari pengalaman mereka sendiri.

Penciptaan Istilah Kecerdasan Buatan (1956)

Istilah Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956 dalam sebuah workshop di Dartmouth College. Workshop ini dipimpin oleh John McCarthy, seorang ilmuwan komputer yang dikenal sebagai bapak kecerdasan buatan. Workshop tersebut melibatkan sejumlah pemikir terkemuka seperti Marvin Minsky, Nathaniel Rochester, dan Claude Shannon. 

Selain menciptakan istilah “Artificial Intelligence“, John McCarthy juga berperan penting dalam pengembangan bahasa pemrograman LISP yang kemudian menjadi salah satu bahasa pemrograman utama untuk penelitian AI. Siapa pencipta AI? McCarthy bersama tokoh lain seperti Alan Turing, Marvin Minsky, Allen Newell, dan Herbert A. Simon merupakan pionir di bidang ini dan bisa disebut sebagai pencipta AI.

Pengembangan Pembelajaran Mesin (1959)

Pada tahun 1959, Arthur Samuel menciptakan istilah “machine learning” atau pembelajaran mesin, yang merujuk pada kemampuan komputer untuk belajar dari data tanpa diberi instruksi eksplisit. Samuel mengembangkan program permainan checkers yang mampu memperbaiki kemampuannya dengan belajar dari pertandingan-pertandingan yang sebelumnya dimainkan. 

Program Samuel mengubah cara pandang terhadap komputer, yang sebelumnya dianggap hanya mampu menjalankan instruksi secara kaku. Ini merupakan salah satu contoh awal dari mesin yang dapat “belajar” tanpa campur tangan manusia secara langsung. 

Terobosan Robotika dan Natural Language Processing (1960-an)

Pada tahun 1966, Stanford Research Institute menciptakan robot mobile pertama yang dikenal sebagai Shakey. Shakey merupakan pionir dalam teknologi robotika karena mampu menggabungkan visi komputer, navigasi, dan pemrosesan bahasa alami. Shakey menjadi nenek moyang dari banyak inovasi modern, termasuk mobil otonom dan drone. 

Di era yang sama, Joseph Weizenbaum menciptakan chatbot pertama bernama Eliza yang mampu berinteraksi dengan manusia menggunakan pemrosesan bahasa alami. Meskipun sederhana, Eliza menjadi contoh awal tentang bagaimana mesin dapat digunakan untuk simulasi percakapan yang membuka jalan bagi teknologi modern seperti asisten virtual dan chatbot layanan pelanggan. 

AI Winter (1970-an – 1980-an)

Periode 1970-an dan 1980-an sering disebut sebagai “AI Winter” atau musim dingin AI, yaitu masa di mana antusiasme terhadap AI menurun drastis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya hasil nyata dari penelitian AI yang pada saat itu belum mampu memenuhi harapan besar yang diusung oleh para peneliti pada dekade sebelumnya. 

Proyek AI yang didanai oleh pemerintah dan industri mulai dihentikan karena berbagai sistem yang dikembangkan gagal beroperasi. Banyak dari janji awal AI yang tidak bisa dipenuhi, misalnya mesin yang bisa berkomunikasi seperti manusia atau menyelesaikan masalah kompleks secara mandiri. 

AI dalam Dunia Bisnis dan Riset (1980-an)

Pada tahun 1980, minat terhadap kecerdasan buatan kembali meningkat dengan diperkenalkannya komputer Lisp yang dirancang khusus untuk mendukung penelitian AI. Komputer ini membantu menciptakan sistem pakar yang digunakan oleh perusahaan besar untuk mengotomatisasi keputusan bisnis berdasarkan logika manusia. 

Meskipun pendanaan dan perhatian terhadap AI menurun pada akhir dekade 1980-an, inovasi tetap berlanjut. Pada tahun 1985, Judea Pearl memperkenalkan jaringan Bayesian, yang memungkinkan AI untuk menangani ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. 

Teknologi ini masih digunakan hingga hari ini dalam berbagai aplikasi, termasuk sistem rekomendasi, diagnosis medis, dan pengenalan suara. Jaringan Bayesian membuka jalan baru bagi AI untuk lebih mendekati pola pengambilan keputusan manusia.

Kemajuan AI dalam Permainan dan Kecerdasan Visual (1990-an)

Pada tahun 1997, IBM Deep Blue menciptakan sejarah dengan mengalahkan juara dunia catur Garry Kasparov. Kemenangan Deep Blue menjadi bukti nyata bahwa algoritma AI mampu mengolah data dalam jumlah besar dan membuat keputusan optimal dalam situasi yang sangat kompetitif.

Perkembangan di bidang kecerdasan visual juga terjadi pada dekade ini. Yann LeCun mengembangkan Convolutional Neural Networks (CNN) yang menjadi landasan bagi sistem pengenalan gambar modern. CNN dapat mengenali karakter tulisan tangan, yang kemudian dikembangkan untuk berbagai aplikasi seperti pengenalan wajah, analisis gambar medis, dan mobil otonom. 

Revolusi Deep Learning (2010-an)

Dekade 2010-an menandai revolusi deep learning yang secara drastis meningkatkan kemampuan AI dalam memahami dan menganalisis data yang sangat kompleks. Pada tahun 2012, Geoffrey Hinton, Ilya Sutskever, dan Alex Krizhevsky memenangkan kompetisi ImageNet menggunakan arsitektur CNN. Dengan deep learning, AI dapat mengenali gambar, suara, dan pola lainnya dengan akurasi yang sangat tinggi.

Selain itu, perusahaan seperti DeepMind menggunakan AI berbasis reinforcement learning untuk mengembangkan sistem yang mampu mempelajari dan menguasai permainan video game tanpa campur tangan manusia. AI ini bahkan mampu mengungguli pemain profesional manusia.

Generative AI dan Penggunaan dalam Kehidupan Sehari-hari (2020 – Sekarang)

AI Generatif menjadi tren besar dalam perkembangan kecerdasan buatan pada dekade 2020-an. Teknologi seperti GPT-3 dan DALL-E, yang dikembangkan oleh OpenAI, mampu menghasilkan teks dan gambar yang sangat mirip dengan hasil karya manusia. Teknologi ini membuka peluang baru di sektor kreatif dan komersial.

Contoh penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari antara lain kehadiran asisten virtual seperti Siri (Apple), Alexa (Amazon), dan Google Assistant. Teknologi AI juga telah merambah industri kesehatan dengan AI diagnostik, sektor transportasi dengan pengembangan mobil tanpa pengemudi. Bahkan ada penciptaan karya seni berbasis algoritma. 

Seiring dengan pesatnya perkembangan AI, tantangan baru pun muncul. Kemampuan AI dalam mengumpulkan dan menganalisis data pribadi menimbulkan kekhawatiran akan privasi dan keamanan data. Selain itu, potensi AI untuk menggantikan pekerjaan manusia dalam berbagai industri juga menimbulkan isu tentang pengangguran dan ketidaksetaraan ekonomi.

Untuk menghadapi tantangan AI, pemerintah di seluruh dunia mulai merumuskan regulasi dan panduan untuk mengatur penggunaan AI. Masa depan AI akan bergantung pada bagaimana teknologi ini diatur dan bagaimana manusia menavigasi interaksi mereka dengan mesin yang semakin cerdas. Bagimanapun, kita harus tetap bijak dalam memanfaatkan AI.