!-- Meta Pixel Code -->
hero

Rekomendasi 7 Mainan Pengganti Gadget untuk Anak

16 January 2023 |Artikel

Rekomendasi 7 Mainan Pengganti Gadget untuk Anak

Mainan lato-lato mendadak viral sebagai mainan pengganti gadget yang digandrungi banyak orang. Bukan hanya anak-anak, tidak jarang orang tua pun asyik bermain mainan tradisional zaman dulu tersebut.

Yup, mainan lato-lato atau tek-tek memang sudah ada sejak zaman dulu. Selengkapnya berikut sejarah lato-lato serta dampak positif dan negatifnya. Ketahui juga macam-macam mainan tradisional zaman dulu selain lato-lato yang tidak kalah serunya. 

Sejarah Mainan Lato-Lato serta Dampak Positif dan Negatifnya

Melansir Kompas, permainan lato-lato telah ada sejak periode 1960-an. Awalnya mainan ini terbuat dari kayu atau logam, kemudian beberapa pabrik memproduksi lato-lato dari bahan tempered glass.

Lato-lato adalah mainan berupa dua bola yang disambungkan dengan tali disertai cincin jari di bagian tengahnya. Cara memainkannya yakni dengan menggerakkan jari sehingga dua bola berbenturan. Dibutuhkan ketangkasan dan koordinasi motorik yang baik untuk bisa menggerakkan bola lato-lato menjadi atraksi yang menarik.

Pada tahun 1966, mainan lato-lato atau disebut clackers dinilai berbahaya karena disinyalir mengandung bahan kimia dan radioaktif yang mudah terbakar. Serpihannya pun berbahaya karena bisa melukai kulit dan mata. Pelarangan mainan ini dinyatakan oleh lembaga Food and Drug Administration Amerika Serikat.

Lato-lato, salah satu alternatif mainan pengganti gadget

Kendati telah dilarang di Amerika Serikat, kepopuleran mainan clackers telah merambah ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sekarang mainan lato-lato dibuat dari bahan plastik polimer yang dianggap lebih aman. 

Mainan ini pun semakin viral karena sering berseliweran di media sosial dan dimeriahkan oleh berbagai pertandingan offline. Namun terdapat dampak positif dan negatif dari mainan lato-lato yang perlu diperhatikan.

Menurut psikolog dari UNS, bermain lato-lato dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik dan kognitif anak. Lato-lato dapat menjadi mainan pengganti gadget dan melatih anak bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Dampak negatif mainan lato-lato antara lain menimbulkan suara bising yang bisa mengganggu orang lain. Jika tidak dibatasi dapat membuat lupa waktu karena terlalu asyik bermain lato-lato. Bola-bola lato-lato yang bergerak cepat juga dapat melukai tubuh sehingga lebam dan memar.

7 Mainan Tradisional Indonesia Zaman Dulu yang Tak Lekang Waktu

Indonesia dengan ragam budaya yang sangat kaya memiliki banyak jenis permainan tradisional dari berbagai daerah. Di samping sebagai mainan pengganti gadget, mainan tradisional zaman dulu punya banyak manfaat bagi tumbuh kembang anak. 

Manfaat mainan tradisional antara lain untuk melatih ketangkasan, mengembangkan kreativitas, menumbuhkan semangat kolaborasi dan sportivitas, mengenalkan kompetisi, dan melatih anak bersosialisasi secara tatap muka.

Merangkum dari berbagai sumber, berikut 7 mainan tradisional zaman dulu yang tetap asyik dimainkan sampai saat ini. 

1. Gasing

Gasing merupakan permainan rakyat yang bisa dijadikan mainan pengganti gadget yang tidak kalah menyenangkan. Bentuknya bisa bulat, pipih, kotak, runcing, maupun bentuk lainnya. Awalnya mainan ini terbuat dari kayu dengan paksi atau besi di bagian bawah untuk menjaga kesimbangannya.

Di masa kini gasing bukan hanya terbuat dari kayu, tetapi mainan ini banyak diproduksi pabrik dengan material plastik disertai lampu-lampu kecil yang dapat menyala saat gasing berputar. Ada juga gasing yang disertai tali maupun penggaris bergerigi untuk membantunya lebih mudah berputar saat dilemparkan.

Cara bermain gasing yakni dengan sedikit memutarnya sambil dilemparkan ke lantai. Gasing akan berputar cepat dan seperti menari-nari di lantai. Pemain yang gasingnya dapat berputar lebih lama dibandingkan lawannya akan memenangkan permainan.

2. Bola Bekel

Berdasarkan penelusuran dari laman Dinas Kebudayaan Jakarta, permainan bola bekel merupakan akulturasi dari Belanda. Bekel berasal dari kata bikkels pel atau bikkelen yang artinya membanting tulang dalam bahasa Belanda.

Permainan bola bekel menggunakan satu bola karet kecil dan 10-12 biji bekel yang berbentuk khusus terbuat dari logam. Cara bermain bola bekel yaitu dengan melambungkan bola bekel, kemudian menyebar biji. Bola bekel ditangkap dan dilambungkan lagi untuk mengambil biji bekel satu per satu sebelum bola ditangkap kembali. 

3. Yoyo

Permainan yoyo populer di berbagai negara. Permainan ini telah ada sejak 400-500 SM di Yunani. Mainan yoyo terdiri dari tali panjang yang digulung melingkari cakram. Cara bermain yoyo pada dasarnya adalah dengan menarik ulur tali memanfaatkan gravitasi. 

Di masa kini berkembang berbagai trik bermain yoyo yang menghasilkan ragam atraksi yang memukau. Pertandingan yoyo pun banyak digelar dengan beragam bentuk dan model yoyo yang telah dimodifikasi.

layang-layang merupakan mainan pengganti gadget yang disukai semua kalangan

4. Layang-Layang

Mainan tradisional zaman dulu selanjutnya adalah layang-layang atau layangan. Mainan ini merupakan akulturasi budaya dari Cina sejak 2500 SM. Di Indonesia, layang-layang pertama kali ditemukan di Pulau Muna Sulawesi Tenggara. Dulunya terbuat dari daun gadung yang dirajut membentuk diagonal.

Layang-layang pada umumnya dimainkan pada musim angin kencang. Cara bermain layang-layang biasanya dilakukan dua orang, satu pemain memegang gulungan benang dan pemain lainnya memegang layang-layang. Kemudian layang-layang diterbangkan mengikuti arah angin.

Layang-layang di masa kini memiliki bentuk yang lebih unik, rumit, dan atraktif. Tidak heran jika penyelenggaraan festival layang-layang semakin diminati masyarakat. Terdapat layang-layang dengan ukuran sangat besar yang bisa mengeluarkan suara kencang saat melayang-layang di ketinggian.

5. Congklak

Congklak atau dakon merupakan permainan jadul yang masih digemari hingga kini. Dulunya anak-anak membuat 14 lubang kecil di tanah dan mengisi setiap lubang dengan 5-7 biji kerang atau batu kerikil. Saat ini sudah tersedia paket permainan congklak di toko mainan, sudah lengkap papan berlubang dan bijinya.

Cara bermain congklak tidak sulit, yaitu dengan memindahkan biji satu demi satu ke setiap lubang, termasuk ke satu lubang yang menjadi "gunung" atau "lumbung biji" milik pemain. Permainan dilakukan secara bergantian antara dua pemain sampai semua biji masuk ke lumbung. Pemain dengan jumlah biji terbanyak di lumbungnya adalah pemenangnya. 

6. Kelereng

Mainan tradisional zaman dulu selanjutnya adalah kelereng yang memiliki nama lain gundu atau neker. Bentuknya bulat kecil dengan corak dan warna menarik. Pada umumnya permainan ini dilakukan beramai-ramai oleh anak laki-laki.

Cara bermain kelereng yaitu dengan membidiknya menggunakan jari untuk mengenai kelereng lawan. Model permainan kelereng ada beberapa macam, seperti kelereng lubang, kelereng kubah, dan kelereng lingkaran.

7. Egrang

Egrang atau jangkungan dapat menjadi mainan pengganti gadget yang seru. Anak-anak bisa melatih keseimbangan dalam permainan ini. Egrang merupakan mainan yang terbuat dari bambu panjang yang disertai dengan pijakan.

Cara bermain egrang yaitu dengan menaiki pijakan pada sepasang egrang dengan berpegangan pada batang bambu bagian atas. Kamu bisa memulainya dari kaki kanan dahulu selanjutnya kaki kiri. Setelah seimbang dalam menaikinya kamu bisa mulai melangkahkan kaki menggunakan egrang.

Sensasi berjalan dari ketinggian saat menggunakan egrang sangat menyenangkan. Apalagi kita juga bisa berjalan lebih cepat karena langkah egrang yang lebih panjang. Permainan egrang ini kerap diperlombakan pada perayaan hari kemerdekaan.

Mainan lato-lato hanya salah satu dari mainan tradisional zaman dulu. Masih banyak mainan lainnya yang bisa dijadikan mainan pengganti gadget. Semua mainan memiliki keasyikan tersendiri, namun kita perlu tetap bijaksana dalam memainkan setiap permainan tersebut.

Mainan tradisional Indonesia juga termasuk kekayaan budaya yang perlu dilestarikan. Ada baiknya kita meletakkan gadget sejenak dan sesekali melakukan permainan tradisional bersama keluarga. Ternyata seru!

 

Baca Juga Artikel Lainnya