Milenial dan Gen Z jadi Generasi Sandwich?

15 Oktober 2024|Artikel|Bagikan :

Generasi sandwich pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller pada 1980-an untuk menggambarkan mereka yang terjepit tanggung jawab menanggung dua generasi. Mereka harus merawat orang tua yang lanjut usia sekaligus mengurus anak atau saudara yang lebih muda. 

Generasi sandwich atau disebut juga sandwich generation artinya kelompok usia produktif yang memikul tanggung jawab finansial dan emosional bagi keluarga tua dan muda dalam waktu yang bersamaan. Fenomena ini kian marak seiring meningkatnya jumlah lansia yang memerlukan dukungan finansial dari anak-anak mereka. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah lansia telah mencapai 33,16% rumah tangga pada 2023.

Tuntutan sebagai generasi sandwich tidak hanya menyangkut perawatan fisik, tetapi juga mencakup tanggung jawab ekonomi. Banyak dari milenial, gen Z, gen X, yang harus mendukung kebutuhan hidup orang tua yang tidak lagi bekerja serta membiayai pendidikan dan kebutuhan hidup anak-anak mereka sendiri. 

Survei DataIndonesia.id (Agustus-Oktober 2023) mencatat bahwa 46,3% responden gen Z di Indonesia tergolong generasi sandwich. Mereka menghadapi beban finansial ganda yang memicu stres, kecemasan, hingga depresi akibat tanggung jawab menghidupi diri, orang tua, dan anak-anak.

Guna menghadapi beban ini, literasi finansial yang baik sangat penting agar generasi sandwich bisa bertahan di tengah besarnya tuntutan ekonomi. Gen milenial adalah salah satu kelompok yang paling terdampak oleh perubahan struktur keluarga modern ini, di mana mereka harus bekerja lebih keras untuk menjaga stabilitas ekonomi sekaligus memenuhi tanggung jawab sosial kepada dua generasi berbeda.

Generasi Sandwich di Indonesia

Konsep generasi sandwich di Indonesia telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Kewajiban untuk membantu orang tua dan keluarga besar secara finansial dianggap sebagai tindakan berbakti yang mulia. Hal ini menciptakan tekanan bagi kelompok usia produktif yang tidak hanya harus memenuhi kebutuhan keluarganya sendiri, tetapi juga keluarga besar. 

Data BPS pada tahun 2020 mencatat sekitar 71 juta penduduk Indonesia berada dalam kategori generasi sandwich. Sebanyak 8,4 juta di antaranya menanggung beban ekonomi dari anggota keluarga di luar keluarga inti.

Fenomena ini semakin meluas seiring dengan perubahan demografi. BPS memperkirakan bahwa pada tahun 2025, Indonesia akan memiliki 67,90 juta penduduk usia produktif yang bertanggung jawab atas kebutuhan kelompok usia non-produktif, termasuk anak-anak dan lansia. 

Tekanan ekonomi ini mencerminkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur keluarga modern, di mana kelompok produktif memikul beban ganda. Survei Litbang Kompas tahun 2022 mengungkapkan bahwa 67 persen responden merasa menjadi bagian dari generasi sandwich. Artinya, sekitar 56 juta orang di Indonesia merasakan tanggung jawab finansial ganda ini.

Beban yang dihadapi generasi sandwich tidak hanya terkait dengan aspek ekonomi, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental. Banyak dari mereka merasa tertekan karena harus menyeimbangkan tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Hal ini terutama dirasakan oleh generasi muda. 

Misalnya generasi Z yang baru memasuki dunia kerja namun sudah dihadapkan dengan tanggung jawab besar. Generasi ini belum memiliki kestabilan finansial yang cukup, namun harus menopang kebutuhan keluarga, termasuk orang tua yang sudah tidak bekerja.

Dampak dari tekanan finansial ini terlihat dalam data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pada Maret 2024, tercatat ada 9,18 juta rekening pinjaman online (pinjol) dari kelompok usia 19-34 tahun. Tidak tanggung-tanggung, total nilai pinjaman mencapai Rp28,80 triliun. 

Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak generasi generasi muda terpaksa mencari jalan keluar dengan meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ketergantungan pada pinjaman ini juga membawa risiko tambahan berupa jeratan utang yang bisa semakin memperburuk kondisi keuangan mereka.

Literasi Finansial untuk Generasi Sandwich

Dihadapkan pada beban tanggung jawab ganda, generasi sandwich terjebak dalam tekanan finansial yang cukup berat. Kondisi ini menggambarkan dilema antara keinginan untuk mandiri secara ekonomi dan kewajiban moral untuk tetap mendukung orang tua dan keluarga. 

Memahami literasi finansial menjadi keharusan untuk memutus rantai ketergantungan dan menghadapi tantangan keuangan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Pemahaman Dasar Keuangan

Generasi sandwich perlu memiliki pemahaman tentang mengelola keuangan secara efektif. Pemahaman ini mencakup pengetahuan tentang bagaimana mengatur pendapatan, pengeluaran, dan tabungan agar tetap seimbang. Tanpa fondasi kuat dalam perencanaan keuangan, tekanan finansial yang dirasakan oleh generasi sandwich akan semakin berat.

  • Perencanaan Anggaran yang Tepat

Salah satu langkah awal bagi generasi sandwich adalah membuat anggaran keuangan bulanan yang jelas. Dengan merinci pengeluaran rutin seperti biaya hidup, utang, dan kebutuhan keluarga, kita dapat menghindari kesalahan finansial. Memiliki anggaran membantu meminimalkan pengeluaran yang tidak perlu dan mengarahkan dana ke pos-pos yang lebih penting.

  • Investasi Jangka Panjang

Investasi menjadi salah satu solusi utama bagi generasi sandwich untuk meraih kebebasan finansial. Dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk investasi, baik dalam bentuk saham, reksa dana, atau properti, generasi ini dapat mempersiapkan dana pensiun dan pendidikan anak. Bagi milenial gen Z gen X, investasi memungkinkan mereka memutus siklus ketergantungan finansial dengan menciptakan sumber pendapatan pasif yang berkelanjutan.

  • Mempersiapkan Dana Darurat

Dana darurat adalah aspek penting yang sering diabaikan oleh banyak orang, termasuk generasi sandwich. Menyediakan dana darurat minimal 3-6 bulan pengeluaran rutin membantu mereka menghadapi situasi tak terduga, seperti kehilangan pekerjaan atau kondisi kesehatan yang membutuhkan biaya besar. Generasi sandwich artinya mereka yang harus memikul tanggungan lebih besar, sehingga dana darurat menjadi penyelamat dalam kondisi darurat finansial .

  • Mengurangi Gaya Hidup Konsumtif

Gaya hidup konsumtif seringkali menjadi salah satu alasan mengapa generasi sandwich terjebak dalam masalah keuangan. Mereka perlu belajar untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, serta fokus pada pengeluaran yang esensial. Dengan literasi finansial yang baik, generasi sandwich dapat menekan keinginan berbelanja yang tidak perlu dan mengalokasikan dana lebih banyak untuk keperluan keluarga dan masa depan.

  • Asuransi Sebagai Perlindungan

Asuransi, baik kesehatan maupun jiwa, memberikan perlindungan penting bagi generasi sandwich. Memilih produk asuransi yang tepat membantu mengurangi risiko biaya besar yang tidak terduga dan memastikan keluarga tetap terlindungi tanpa membebani pengeluaran sehari-hari. Dalam situasi di mana anggota keluarga membutuhkan perawatan medis atau terjadi musibah, asuransi dapat meringankan beban finansial.

  • Edukasi Keuangan untuk Keluarga

Mengajarkan anggota keluarga tentang pentingnya manajemen keuangan sejak dini merupakan salah satu langkah yang dapat memutus rantai generasi sandwich. Dengan berbagi pengetahuan finansial kepada anak-anak dan orang tua, generasi sandwich dapat menciptakan lingkungan keluarga yang lebih mandiri dan bertanggung jawab secara finansial. Ini juga membantu membentuk pola pikir finansial yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Meskipun menghadapi tantangan berat, generasi sandwich berusaha menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh komitmen. Mereka tidak hanya menjadi tulang punggung bagi keluarga, tetapi juga menghadapi tantangan ekonomi dan sosial yang semakin kompleks. 

Di masa depan, peningkatan literasi finansial dan dukungan kebijakan yang tepat diharapkan dapat membantu meringankan beban generasi sandwich. Sehingga milenial gen Z gen X dan generasi selanjutnya dapat membangun kestabilan finansial yang lebih baik untuk keluarga mereka.