!-- Meta Pixel Code -->
hero

GEMARI BACAKU 5

5 July 2022 |Berita Terbaru

Gemari Bacaku 5

 

Menurut survei yang dilakukan tahun 2019 oleh Program for International Student Assessment (PISA), dirilis oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), Indonesia menempati ranking indeks literasi ke 62 dari 70 negara. Ini berarti, Indonesia termasuk negara dengan tingkat literasi rendah. 

Apa dampak dari tingkat literasi rendah? Literasi rendah selaras dengan tingkat produktivitas yang terus menurun dan kemiskinan serta kejahatan yang semakin meluas. Belajar dari negara dengan literasi tertinggi seperti Finlandia dan Jepang, salah satu kunci tingginya literasi adalah budaya gemar membaca buku yang konsisten dilaksanakan bertahun-tahun. 

Minat baca (reading interest) tidak sama dengan kebiasaan membaca (reading habits) dan berbeda pula dari budaya membaca (reading culture). Minat baca akan berubah menjadi kebiasaan membaca jika tersedia bahan bacaan yang sesuai untuk dibaca dan ada cukup waktu untuk membaca. Kebiasaan membaca yang konsisten dilakukan, akan membentuk budaya membaca.

Bagaimana di Indonesia? Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Berarti hanya ada 1 dari 1.000 orang yang rajin membaca. Masih jauh dari terciptanya budaya gemar membaca buku seperti di negara-negara dengan literasi tinggi.

Apakah masyarakat Indonesia benar-benar tidak memiliki minat membaca buku? Belum tentu. Menurut World Reading Habits, pada tahun 2021 Indonesia menduduki peringkat 16 negara yang suka membaca buku, di atas Amerika Serikat, Jerman dan Jepang. Ini menunjukkan bahwa minat baca bangsa Indonesia sebenarnya tinggi. 

Namun, untuk mengubah minat baca tinggi menjadi sebuah kebiasaan dan budaya membaca sehingga terbentuk tingkat literasi yang juga tinggi, merupakan sebuah tantangan tersendiri. Maraknya penggunaan gadget untuk media sosial dan menonton video telah mengalihkan keasyikan membaca buku ke tayangan audio visual yang lebih menarik dan berwarna warni. Menurut We Are Social, rata-rata penduduk Indonesia menghabiskan 9 jam menatap layar gadgetnya. Mengingat dalam satu hari hanya 24 jam, membuat tersedianya waktu untuk membaca buku menjadi semakin minim.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando juga menyampaikan sebenarnya minat baca masyarakat Indonesia cukup tinggi hanya saja kekurangan bahan bacaan, terutama di daerah pelosok. Melihat data BPS, jika dibandingkan antara jumlah buku yang terbit tahun 2015 dan 2020 dengan jumlah penduduk Indonesia, maka akan didapatkan data 1 buku baru tersedia untuk 540 orang di Indonesia. 

YBKB selalu berupaya melakukan inovasi dalam aksi meningkatkan literasi. Pada hari Minggu, 26 Juni 2022 di Gramedia Matraman, terlaksana kegiatan Gerakan Mari Membaca Buku (Gemari Bacaku) yang telah memasuki tahun ke-5. Tahun ini, Gemari Bacaku 5 dilaksanakan dengan mengangkat tema Aku Suka Membaca, Aku Suka Berkarya. Mengundang pembicara Renny Yaniar, seorang penulis buku anak, acara ini berlangsung meriah.

Kemeriahan dimulai sejak pagi hari saat Gramedia pun belum dibuka. Sebanyak 50 adik-adik binaan telah menanti toko buku dibuka agar bisa segera membeli buku. Wisata Belanja Buku ini selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Kebebasan untuk memilih dan membeli buku sesuai keinginan menjadi hal yang langka bagi mereka. Hal sederhana namun bermakna dalam aksi meningkatkan literasi.

Sesi Workshop Menulis Buku Anak yang dilaksanakan pada siang hari yang terik tidak mengendurkan semangat para pecinta literasi untuk hadir secara tatap muka (offline) maupun via Zoom (online). Peserta terlihat sangat antusias dan aktif bertanya hingga melebihi waktu yang telah ditentukan.

Sebuah pertanda bahwa memang minat membaca dan juga menulis buku sangatlah tinggi. Sebuah harapan baik bagi para #PejuangLiterasi yang terus gigih berupaya agar tingginya minat baca dapat bertransformasi menjadi budaya membaca dan tingkat literasi yang tinggi.

Selain itu, ada yang berbeda pada Gemari Bacaku 5, yaitu Festival Menulis Buku Anak. Melihat kondisi di Indonesia yang masih memiliki tingkat literasi rendah dan minimnya akses buku bacaan yang sesuai, maka perlu diadakan langkah meningkatkan produksi buku bacaan serta meluaskan akses ketersediaan buku yang beragam.

Sahabat Cerdas, yuk terus berupaya menumbuhkan #BiasaMembaca dan #BudayaMembaca agar tingkat literasi kita semakin tinggi.

Baca Juga Artikel Lainnya